Seorang pemuda sedang mengendarai sepeda motor. Karena jalannya sepi dia dapat menikmati indahnya alam dikanan-kiri jalan. Ketika sedang asyik berkendaraan, tiba- tiba pundaknya dipukul oleh seorang pengendara sepeda motor lain yang menyalipnya dari belakang.
Dugg...,!
Hatinya panas seketika dan ia ingin membalas perlakuan kasar itu. Setelah dekat ia berkata,”Hai,sialan kamu! Kenapa kau pukul aku?”
Tanpa membuka helmnya orang itu menjawab, “Memangnya kenapa? Mau membalas?”
“Kamu ini memang benar- benar kurang ajar,ya. Bukannya minta maaf malah menantang. Ayo turun!” katanya balas menantang.
Orang itu turun dan membuka helmnya. Ya Allah..ternyata mereka adalah dua sahabat yang sudah sekian lama tidak bertemu. Kemarahan hilang dan berganti rangkulan dan canda tawa yang menghiasi perbincangan yang akrab.
(Dalam perjalanan dengan seorang sahabat diSampang- Semarang,Maret 2005)
Hhayuuh,,dah tahu hikmahnya...??
Bagaimana perasaan kita jika bertemu sahabat dekat?
Bukankah cinta dapat menghilangkan rasa sakit?
Malahan bukan hanya menghilangkan, tetapi menggantinya menjadi kenikmatan. Guyonan dan canda tawa. Sama juga seperti anak bayi ,bila dia mengencingi kita. Marahkah kita? Justru semakin sayang dan gemas.
Mau bukti lagi? Coba perhatikan cerita ini! Disebuah bus ada anak yang menangis keras- keras. Seluruh penumpang bus merasa terganggu kecuali ibu anak itu tentunya. Mereka menggerutu. Karena sudah kehilangan kesabaran maka seorang bapak menegur ibu anak itu,”Bu, apakah ibu tidak berusaha menghiburnya agar dia diam?”
“Maaf pak, saya sudah berusaha menghiburnya. Dia ingin bertemu dengan bapaknya”.
“Lalu mengapa ibu tidak menuruti permintaanya?”
“Dia meninggal seminggu yang lalu”.
Seketika seisi bus hilang kemarahannya karena merasakan penderitaan yang dialami oleh keluarga yang sedang berduka itu.
Begitulah cinta, begitulah kasih sayang. Dengan cinta hilanglah rasa sakit. Dengan cinta hilanglah kekesalan dan kejengkelan.
Itulah kenapa Nabi Isa AS tidak pernah merasa sakit ketika kaumnya menyiksanya. Itulah mengapa Nabi Muhammad SAW tidak merasa sakit hati ketika dicaci- maki oleh umatnya. Isa AS dan Muhammad SAW mencintai kaumnya sehingga apapun yang diperbuat mereka tidak membuatnya dendam dan sakit hati. Jawaban Muhammad SAW ketika Jibril menawarinya, “ya Nabi, tidakkah lebih baik jika saya siksa saja mereka dengan saya timpakan gunung Uhud ini?”
Beliau menjawab tenang,”Jangan Jibril. Itu terjadi karena mereka belum memahami”
Ah……seandainya kita punya cinta seperti itu………..
So...,,Jadilah sahabat yang terbaik buat sahabatmu...^__^'
^Wisata Cinta^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar